Newsletter
Newsletter

Senja di Tepi Stasiun

Scroll down
Putri Orin
Putri Orin
I`m
  • Residence:
    Indonesia
  • City:
    Jakarta

February 14, 2025

7:37 pm

Orin

Langit senja menggantung rendah di atas Stasiun Cakung, memancarkan warna jingga keemasan yang samar-samar terpantul di rel kereta. Saya melangkah perlahan setelah turun dari ojek online. Tubuh terasa letih, kaki sedikit pegal setelah seharian bekerja. Seharusnya saya langsung pulang, tapi perut yang kosong menuntun saya untuk berhenti sejenak, membeli makanan di warung pinggir jalan belakang stasiun. Setidaknya, lebih hemat daripada memesan makanan lewat aplikasi.

Jalan pulang dari sini selalu sama—melintasi jalur di pinggir rel kereta. Sudah berkali-kali saya melewati tempat ini, tapi tetap saja ada satu hal yang selalu menarik perhatian saya. Sebuah jalan buntu yang dibatasi pagar besi, di mana setiap sore, orang-orang berkumpul. Saya tak pernah benar-benar mengerti kenapa tempat itu begitu ramai.

Jika di lihat-lihat mereka bukan orang-orang berada. Pakaian mereka sederhana, beberapa bahkan tampak lusuh. Namun ada sesuatu yang membuat saya iri—cara mereka tertawa, bercengkerama, seakan dunia di sekitar mereka tak lagi penting. Seorang ayah duduk beralaskan sendal jepit miliknya, anak kecil bersandar di bahunya sambil berceloteh riang. Tak jauh dari mereka, sepasang suami istri berbincang pelan, mata mereka saling bertemu dengan kehangatan yang sulit dijelaskan.

Tak ada yang sibuk dengan ponsel, tak ada yang sibuk dengan dunia maya. Hanya ada mereka dan kebahagiaan sederhana yang mereka ciptakan sendiri.

Saya berhenti sejenak, membiarkan pandangan saya tersapu oleh suasana itu. Rasanya ada sesuatu yang menghantam dada saya pelan.

Apakah kita masih bisa seperti itu?

Perlahan saya berfikir apakah kita bisa seperti itu?
Apakah pasangan kita adalah orang yang bisa duduk bersama, bercakap-cakap tanpa gangguan, saling mendengarkan dengan sepenuh hati?
Ataukah kita terlalu sibuk dengan diri sendiri, dengan ekspektasi yang kadang terlalu tinggi, hingga lupa bahwa kebahagiaan tak selalu tentang kesempurnaan?

Saya pun bertanya dalam hati—bukan hanya tentang pasangan saya, tapi juga tentang diri saya sendiri.
Sudahkah saya menjadi seseorang yang bisa duduk di sampingnya, berbicara, tertawa, tanpa gangguan apa pun, hanya menikmati kebersamaan itu dengan penuh syukur?

Mungkin, sesederhana itulah kebahagiaan seharusnya.

If you’re with the right person, you will find joy in the simplest moments

 

Posted in Story
Write a comment

© 2026 All Rights Reserved.
Email: hello@putriorin.com
Write me a message

    * I promise the confidentiality of your personal information