Newsletter
Newsletter

Coto Makassar, Konro Bakar dan Anda

Scroll down
Putri Orin
Putri Orin
I`m
  • Residence:
    Indonesia
  • City:
    Jakarta

March 25, 2022

9:18 pm

Orin

Mendung menyelimuti pagi, dan langit menurunkan jutaan tetes air. Kota Makassar basah diguyur hujan deras, membuat udara terasa lebih dingin dari biasanya.

“Ahh… rasanya malas sekali untuk bangun. Hangatnya selimut ini seperti dekapan seorang ibu, membuatku ingin terus berada dalam pelukannya.”

Saya menatap jendela kamar hotel yang dipenuhi embun, melihat tetesan air yang berlomba jatuh dari kaca. Hujan masih turun deras, seolah tak memberi kesempatan bagi matahari untuk menampakkan sinarnya.

Hari ini saya sebenarnya berencana berkeliling sekitar hotel, mengunjungi Pantai Losari dan beberapa tempat menarik lainnya. Namun, tampaknya cuaca berkata lain. Sepertinya keberuntungan belum berpihak pada saya kali ini.

Malam pun tiba, dan hujan masih setia membasahi kota. Rencana untuk menjelajahi Makassar di malam hari terpaksa harus ditunda.

“It’s okay, terkadang apa yang direncanakan tidak selalu sesuai harapan,”

Coto Paraikatte

Beruntungnya, seorang teman mengirimiku seporsi coto Makassar. Katanya, ini salah satu coto terenak di Makassar—”Coto Paraikatte“.

 

coto paraikatte

Saya membuka bungkusan plastik dengan penuh antusias. Aroma rempah-rempah langsung menyeruak, menggoda selera. Bahkan sebelum mencicipinya, perutku sudah lebih dulu menuntut haknya.

Dalam bahasa Makassar, “Paraikatte” berarti ‘Para Kita’, yang melambangkan persaudaraan, kebersamaan, dan ikatan yang erat. Filosofi yang sederhana, namun dalam maknanya.

Saat pertama kali menyeruput kuahnya, saya bisa merasakan tekstur lembut butiran daging yang larut dalam kuah pekatnya. Rasa rempah-rempah begitu kaya, berbeda dari soto yang pernah kucoba sebelumnya. Kuahnya yang kental mungkin berasal dari hati sapi yang dihancurkan, membuat setiap suapan terasa semakin nikmat.

Sebagai pelengkap, ada ketupat yang biasanya dibungkus dengan daun pandan atau daun aren. Tak lupa perasan jeruk nipis dan sambal yang menambah cita rasa khas.

Saya sempat bertanya-tanya, mengapa hampir semua makanan di sini selalu disajikan dengan jeruk nipis?

“Orang sini kalau makan pasti pakai jeruk nipis, biar lebih sedap,” jawab temanku sambil tertawa.

Cara Makan Coto

“Oh iya, kamu tahu nggak cara makan coto yang benar?” temanku melanjutkan.

Saya menggeleng.

“Begini, pertama-tama, belah ketupat jadi dua. Lalu ambil sedikit dengan sendok, celupkan ke dalam kuah coto, dan langsung makan. Jangan dicampur ke dalam mangkuk, nanti rasanya berubah.”

Saya hanya mengangguk, mencoba mengikuti cara yang diajarkan. Meski begitu, kupikir tidak ada aturan baku dalam menikmati makanan. Yang terpenting adalah menikmatinya dengan cara yang paling nyaman.

Jalanan dan Panas

Keesokan paginya, matahari akhirnya menampakkan diri. Sinar keemasannya menerobos sela-sela tirai jendela, menghangatkan pagi yang masih terasa malas.

Saya segera berkemas. Masa inap di hotel ini telah usai, dan saya harus mencari tempat menginap yang baru. Karena liburan masih panjang, saya memilih hotel yang lebih murah di sekitar Jalan Ujung Pandang.

Sambil menunggu waktu check-in di hotel berikutnya, saya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Pantai Losari. Hari ini cuaca cukup terik. Matahari bersinar garang, membuat kulit terasa terbakar.

 

Mungkin sebelumnya saya berfikir jika pantai losari itu seperti umumnya pantai lain, bisa berjalan dihamparan pasir putih atau berenang dengan air laut yang berwarna tosca.

Namun pantai losari tidak memiliki hamparan pasir di kawasan sekitarnya. Selain itu arus air disini juga termasuk cukup berbahaya sehingga pengunjung dilarang berenang bebas di perairan pantai.

Jika anda menyukai permainan air, pengelola area pantai losari telah menyiapkan beberapa wahana permainan seperti sepeda air, perahu bebek, dan pilihan wahana permainan air lain yang dapat dijadikan pilihan oleh pengunjung yang ingin bermain.
Ombak laut dikawasan pantai losari juga telah dihalau oleh tanggul beton yang berada di kawasan pantai losari.

Saya terus berjalan di sepanjang pantai, dengan pemandangan laut dan warung-warung pinggiran yang menjual berbagai macam makanan seperti menu pisang epe.

Namun sayangnya banyak terdapat sampah dipinggiran beton-beton sepanjang pantai.

“Aduh sayang sekali, banyak yang jajan, banyak juga yang buang sampah sembarangan”.

Ternyata cukup lelah juga berjalan dipinggir pantai siang ini, dan sebelum memutuskan untuk makan siang saya beristirahat sebentar disebuah Kafe sambil memesan es kopi vietnam.

Kafe ini terletak tidak jauh dari pantai losari, hanya tinggal berjalan lurus kearah Jl. Somba Opu yang dikenal sebagai pusat jual beli emas terbesar di Makassar. Selain emas kalian juga bisa menemukan banyak oleh-oleh khas Sulawesi Selatan, dari kue, kacang-kacangan sampai barang antik.

Saya menikmati es kopi sambil melihat kemacetan dijalan, bukan sesuatu hal yang aneh lagi bagi warga lokal melihat kemacetan di sekitar daerah ini. Karena separuh bagian depan jejeran toko digunakan sebagai area parkir. 

Konro Karebosi Makassar

Setelah cukup menghilangkan rasa penat, perut saya mulai tidak bisa diajak kompromi, wah ternyata memang sudah waktunya untuk makan siang.

Kebetulan saya ingin mencicipi Konro, makanan traditional yang wajib anda coba jika berkunjung ke Makassar.

Lalu saya memutuskan untuk order transportasi online, yah karena itu alternatif yang paling mudah dan aman menurut saya jika jalan-jalan di tempat baru atau anda tidak terlalu tahu daerah tersebut.

“Kemae’ pabalu konro assipaka’ rinni?”

“Oh punna eroko’ nganre’ konro assipaka’ mae’ mako ri konro Karebosi”

Jadi dari banyaknya tempat makan konro di Makassar, Konro Karebosi adalah tempat makan konro yang paling terkenal dan sudah lama, pastinya rasa dari konro tersebut sudah tidak diragukan lagi.

Lokasinya ada di Jalan Gunung Lompobattang, menempati bangunan ruko dua lantai. Rumah makan Konro Karebosi sudah berdiri sejak tahun 1968, berawal dari warung tenda di lapangan Karebosi, yang dijadikan nama dagangan. Lalu pindah menempati ruko, hingga kini rumah makan Konro Karebosi punya puluhan cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta.

Keunggulan rumah makan konro karebosi ini adalah rasa yang dipercaya konsisten dan tak pernah berubah. Oleh karena itu pelanggan selalu setia berkunjung kesini.

Sop Konro dan Konro Bakar

Disini ada 2 menu utama yaitu Sop Konro dan Konro Bakar. Sop konro merupakan makanan dengan sajian utama tulang iga sapi berbalut daging yang kaya rempah. Sop ini berkuah bening sedikit kecokelatan mirip rawon.

Konro dimasak selama berjam-jam agar daging mudah terlepas dari tulangnya. Biasanya konro dimakan dengan nasi hangat dan sambal merah kekuningan khas Makassar.

Selain itu juga ada konro bakar. Jika pada sop konro dihidangkan dalam kuah, konro bakar dipanggang dengan kecap lalu dibaluri dengan bumbu kacang.

Saya dan teman saya memesan 2 menu utama ini, Sop Konro dan Konro Bakar, ya karena kita bisa saling mencicipi makanan tersebut.

Dan ternyata kami kaget karena ukuran untuk satu porsi ini bisa dimakan 2 orang, karena kami sudah terlanjur memesan 2 porsi makanan ini jadi mau tidak mau kami harus menghabiskannya.

“Wah saya sudah kenyang ini, gimana cara ngabisinnya?”

“Sama, saya juga sudah kenyang ini, perut saya sudah tidak cukup lagi, cuma sayang kalau tidak dimakan. Ya udah nasinya tidak udah dimakan, kamu makan dagingnya saja.”

“Ini kamu mau cicip sop konronya?”

“Ya sudah sini kita tukeran, kamu cicip konro bakar, saya cicip sop konronya”.

Note : 1 Porsi Sop konro Rp.75.000

1 Porsi Konro Bakar Rp. 75.000

Next…..

Posted in Sulawesi Selatan, TravelTags:
Write a comment

© 2026 All Rights Reserved.
Email: hello@putriorin.com
Write me a message

    * I promise the confidentiality of your personal information