Makassar masih selalu diguyur hujan, bahkan hari itu. Dari perkiraan cuaca pun sudah menyebutkan intensitas hujan tinggi 3 bulan terakhir ini dari bulan September sampai dengan November 2021.

“Anda sudah makan malam belum?”

“Belum”.

“Mau makan mie titi? kita coba makan Mie Titi Irian ya, katanya disana enak, nanti setelah itu kita beli sarabba”.

“Ok, saya mah ngikut aja, btw sarabba itu yang mirip sama bandrex ya? Minuman jahe susu itu yang saya pernah ceritain”.

“Iya mirip mungkin, nanti lah dicoba saja”.

Mie Titi ex Irian ( Mie Titi Irian )

Kami memutuskan untuk menggunakan grab menuju lokasi tersebut, lokasi Mie Titi ex Irian ini ada dijalan Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.12, Pattunuang, Kec. Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90171.

Namun setelah sampai dilokasi tersebut ternyata penuh dengan para pembeli sampai mereka antri didepan karena tidak kebagian tempat duduk.

Mie Titi Irian

Apa itu Mie Titi ?

Jadi buat anda yang belum tahu apa itu Mie Titi. Mie Titi ini adalah mie yang digoreng hingga kering dan renyah, kemudian disiram dengan kuah kental yang gurih, yang berisikan daging ayam, bakso, udang, cumi dan sayur sawi.

Mie titi irian Berdiri sejak tahun 1950, serta memiliki banyak cabang yang tersebar di kota Makassar, Mie Titi Irian merupakan rumah makan pertama yang menyajikan mie kering dan tentunya salah satu tempat favorit dan destinasi kuliner untuk menikmati mie kering di kota Makassar.

Bahkan, bukan hanya menjadi favorit warga lokal, Mie Titi seringkali menjadi salah satu destinasi kuliner di kalangan wisatawan. Untuk mie kering, tersedia dua pilihan yaitu mie titi ayam dan mie titi seafood.

Selain menyajikan mie kering, di sini juga terdapat berbagai menu lainnya, seperti nasi goreng, mie goreng, mie kuah, dan ayam goreng.

Harga mulai dari : Rp 33.000 – Rp 44.000

“Jadi gimana? mau makan disini? tapi penuh kayaknya”.

“Ya udah saya coba masuk dulu kedalam, siapa tau ada tempat”

Sambil berdiri menunggu didepan, saya memperhatikan para pengunjung lain yang baru saja tiba, ada pula GoFood dan GrabFood delivery yang sudah mengantri didepan menunggu makanan yang mereka pesan untuk diantarkan ke pembeli.

Dan tukang parkir yang sibuk merapihkan motor-motor pengunjung agar tidak menghalangi jalanan.

Ya beginilah kehidupan, kadang kita harus bersusah payah dahulu terus berusaha, kerja keras hanya untuk sekedar bisa bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-sehari.

“Dan saya yakin salah satu alasan mereka bersemangat untuk bekerja keras adalah karena ada orang yang ingin mereka bahagiakan”.

“Gimana? ada tempatnya?”

“Penuh semua, belum ada yang kosong nih, jadi bagaimana? Kamu sudah lapar belum?”

“Belum terlalu lapar sih, kamu sendiri gimana? Udah lapar belum? Kalau lapar ya kita nunggu aja sampai nanti ada yang kosong tempatnya.”

“Belum lapar juga sih, ihh saya mah terserah anda, saya kan bisa makan mie titi kapan aja.”

“Iya sih,, ya udah kalau gak kita cari makan yang lainnya aja, atau kita pergi minum sarabba dulu gimana?”

“Ya okelah kalau begitu”.

Malam itu kami tidak jadi makan Mie Titi dan memutuskan untuk langsung pergi minum Sarabba.

Lokasi untuk membeli sarabba ini tidak terlalu jauh, hanya sekitar 12 menit untuk berjalan menuju lokasi tersebut. Tepat berada di Jl. Sungai Cerekang, disana terdapat banyak pilhan warung atau kedai Sarabba, terserah anda mau memilih di mana untuk minum-minuman khas sulawesi selatan ini, karena hampir semua warung Sarabba disini mempunyai rasa yang sama.

Perjalanan Malam Menuju Kedai Sarabba

“Kita jalan saja ya kesana? Gak jauh kan?” tanya saya.

“Iya lumayan sih kalau jalan kaki, tapi anda yakin mau jalan kaki? nda cape nanti?”

“Gak lah, saya sudah sering jalan kaki kok, dulu waktu saya di Jakarta pas pulang kerja kan macet banget tuh, nah angkotnya gak jalan-jalan saking macetnya, terus saya milih turun dan jalan kaki. Jadi sudah sering lah.

Lagian memang saya lebih suka jalan kaki sih gak tau kenapa, mungkin karena saya gak bisa naik motor.” Hahahaha

“Oh kamu nda bisa naik motor? kirain bisa.”

“Sebenarnya bisa, tapi malas saja.”

Perjalanan dari Mie Titi Irian ke Warung Sarabba

Malam semakin larut, namun hilir mudik kendaraan di kota Makassar ini semakin memadati jalanan.
Hanya ada beberapa pejalan kaki seperti saya yang berjalan malam itu.
Mungkin karena malam ini lumayan cerah, bintang terlihat memancarkan cahayanya, hanya saja masih terhalau dengan sinar-sinar lampu kota Makassar.

Disepanjang perjalanan kami banyak bercerita tentang kehidupan, tentang pengalaman hidup masing-masing, tentang cita-cita dan tujuan.

Saya masih ingat ketika anda begitu bersemangat menceritakan pengalaman anda saat ikut berpartisipasi dalam aksi peduli rakyat. Menolak RUU pertahanan, Minerba, Ketenaga Kerjaan dll.

Bagaimana tidak, untuk mengambil benih, petani harus melalui proses panjang dan berbelit-belit serta petani tidak diizinkan dalam pencarian sumber daya genetika, sementara itu petani hanya melaporkan kepada pemerintah.
Hal ini tertuang dalam UU tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan Bab 4 pasal 21 ayat 2.

”Kegiatan pencarian dan pengumpulan sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berdasarkan izin kecuali untuk Petani kecil”.

RUUP masih mengandung banyak permasalahan yang bertentangan dengan rasa keadilan dan reforma agraria sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 33 UUD, Tap MPR IX tahun 2001 tentang pembaruan agrariadan pengelolaan semuber daya alam, dan Undang-Undang No.5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA 1960).

Karebosi Link Makassar

“Dulu saya pernah jalan kaki nih lewat sini, pas waktu ikut demo, saya dan anak-anak nungguin lama disini karena banyak polisi, mereka pada nangkepin gitu, pokoknya parah banget lah, teman saya ada yang tiba-tiba dipukul padahal nda ngapa-ngapain lho”.

“Wih parah banget dong, emang tuh kadang-kadang asal aja mukulin orang”.

Sarabba Minuman penghangat Malam

Setelah beberapa menit berjalan, dan cukup membuat keringat bercururan malam itu kami tiba di Jl. Sungai Cerekang.

Banyak berjejeran warung/kedai sarabba, dan penjual berada dipinggir jalan sambil menawarkan para pejalan kaki, maupun pengendara untuk berhenti dan mampir diwarung mereka.

Saya merasa aneh, karena menurut saya itu sedikit mengganggu para pengendara, karena yang ditakutkan mereka bisa tertabrak atau terserempet saat mobil atau motor melaju kencang.

“Itu kenapa harus nawarinnya kayak gitu sih?” Gak takut ketabrak gitu, bahaya banget lho itu.”

“Nda taulah memang sudah begitu dari dulu, mungkin karena mereka berfikir dengan cara seperti itu yang mampir kewarung jadi banyak”.

Salah satu warung sarabba di Jl.Sungai Cerekang

“Kita duduk disana saja ya”, Sambil menunjuk warung sarabba pas depan Vihara Darma Agung.

“Okeh, ya udah disana aja, gak terlalu rame soalnya”.

“Pesan sarabba nya 2 ya.”

“Terus sama apa saja kak? Pisang epe nya, atau mau mie juga, kata penjual kepada kami.

“Anda mau pisang sama makan juga tidak?”

“Pisang epe nya saja, saya gak makan. Kamu lapar ya? Gitu aja tadi bilang belum lapar”.

“Iya habis jalan baru terasa lapar hehe. “

“Kak, Tambah pisang epe sama mie gorengnya ya satu”.

“Oke” Sahut penjual sarabba.

Sarabba

Apa itu sarabba?

Sarabba adalah minuman yang berasal dari Makassar Sulawesi Selatan, Minuman khas orang bugis ini terbuat dari jahe, gula aren, santan, merica, dan kuning telur serta rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis, hampir seperti Bandrek atau wedang jahe rasanya, yang membedakan, minuman ini lebih kental karena dicampur santan.

Sarabba sangat cocok diminum saat musim penghujan seperti ini, karena bisa menghangatkan tubuh serta mengembalikan stamina setelah beraktivitas seharian.

Kandungan Jahe yang ada di dalam Sarabba dapat memperlancar peredaran darah, mengobati perut kembung, migrain dll. Sedangkan Gula Merah diketahui dapat mencegah anemia dan meningkatkan daya tahan tubuh, sedangkan Santan Kelapa sangat kaya dengan zat besi.

Jadi jika kalian berkunjung kemakassar tidak ada salahnya mencoba minuman yang satu ini, karena sarabba bisa mengobati rasa lelah anda sesudah perjalanan jauh.